tujuh bulan pertama di tahun dua ribu dua puluh lima
kuhabiskan untuk belajar dan bekerja
sampai temanku bertanya
kenapa larut malam dan akhir pekan masih kau habiskan di depan laptop?
aku berjalan seperti zombie
didorong oleh ego dan ambisi
tidak tau kapan harus berhenti
mungkin aku terlalu ingin cepat bertumbuh
entah karena terlalu takut tertinggal
entah karena terlalu ingin membuktikan diri
hingga aku lupa
bahwa akar yang rapuh
tidak akan sanggup menopang batang yang tinggi
mungkin terlihat seperti bertumbuh
namun ternyata mudah goyah jika diterpa angin
aku jadi penasaran
siapa kah gerangan
yang punya ambisi ingin selalu bertumbuh?
apakah diriku di usia dua puluh enam
yang takut tertinggal?
atau diriku di usia sepuluh tahun
yang ingin diakui bahwa usahanya sudah cukup?
aku tetap ingin bertumbuh
namun bukan ke luar
melainkan ke dalam diri
menguatkan akar
membangun fondasi
agar saat aku tumbuh kembali
aku tidak lagi mudah roboh
aku baru mengerti
bahwa tidak semua pertumbuhan terjadi ke atas
beberapa terjadi ke dalam
saat kita belajar diam
layaknya pohon bambu
yang menguatkan akarnya selama lima tahun
lalu berkembang pesat setelahnya
tidak lagi ingin terburu buru
aku memilih berjalan perlahan
menikmati setiap musim yang Tuhan sedang kirimkan
aku belajar memahami
bahwa setiap jeda juga bagian dari perjalanan
ah,
ternyata tidak ada yang benar benar kuat
jika tidak bertumbuh dengan perlahan
0 Comments:
Posting Komentar